#LEADERSHIP - The Most Basic Leadership Assessment: Do others leave feeling better or worse?
- Farvis Indonesia
- Nov 6, 2024
- 4 min read
Dave Ulrich, Speaker, Author, Professor, Thought Partner on Human Capability (talent, leadership, organization, HR), menulis mengenai cara yang sederhana bagi para leader untuk meningkatkan efektifitas kepemimpinan mereka dalam tindakan sehari-hari.
Saat ditanya, “Apa penilaian paling mendasar untuk menentukan pemimpin yang efektif?”, Anda dapat mengajukan satu pertanyaan sederhana:
"Seberapa sering seseorang memiliki perasaan lebih baik (atau lebih buruk) tentang dirinya, setelah berinteraksi dengan pemimpinnya?"
Pertanyaan mendasar ini memfokuskan kepemimpinan pada hubungan pribadi, nilai yang ditentukan oleh penerima bukan pemimpin, dan dampak positif yang dimiliki pemimpin terhadap orang lain.
Memang ketika konteks interaksi adalah kabar baik, membantu orang lain merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri adalah hal yang relatif mudah. Namun ketika pemimpin menyampaikan berita sulit, fokus untuk membantu orang lain merasa lebih baik dapat menjadi sinyal kepemimpinan yang efektif.
Dave Ulrich memberikan 7 tip khusus bagi para pemimpin untuk memungkinkan mereka membantu orang lain merasa lebih baik tentang suatu interaksi dan tentang diri mereka sendiri.
Ekspresikan kepedulian yang tulus. Ketika orang lain merasa bahwa seorang pemimpin peduli terhadap mereka, mereka akan lebih bersedia menanggapi umpan balik yang positif atau sulit. Komunikasi sederhana atau ucapan, “Saya peduli pada Anda” mengawali percakapan yang positif.
Ajak untuk membayangkan masa depan. Pemimpin dapat membantu orang lain melihat bahwa kinerja mereka yang baik atau meningkat dapat membantu mereka menciptakan masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Lakukan dengan mengatakan, misalnya: “Anda memiliki peluang untuk memberikan dampak positif bagi diri sendiri dan orang lain.”
Asumsikan niat positif. Para pemimpin harus percaya bahwa kebanyakan orang datang ke tempat kerja dengan keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik namun wajar saja jika mereka melakukan kesalahan (misalnya: terlambat menghadiri rapat, melewati tenggat waktu, hasil pekerjaan di bawah standar, dan sebagainya). Daripada berfokus pada kesalahan, para pemimpin dapat mengalihkan perhatian mereka untuk menguraikan alasan kesalahan tersebut (gangguan pribadi, arah yang tidak jelas, kerja tim yang buruk, dan sebagainya). Dengan mengasumsikan niat positif (ditambah dengan sedikit kesabaran), sikap seorang pemimpin berubah dari menyalahkan (niat negatif) menjadi pemecahan masalah, perbaikan, dan pengajaran.
Latih "Tiga Pintu" Buddha. Ketika para pemimpin melibatkan orang lain, Buddha menyarankan agar perkataan mereka melewati tiga pintu:
A. Apakah itu benar (TRUE)?
Berbicara kebenaran menghindari politik, rumor, dan gosip. Disinfektan terbesar dari misinformasi adalah kebenaran. Itu akan membebaskanmu!
B. Apakah itu perlu (NECESSARY)?
Menyaring informasi apa yang akan dibagikan adalah penting. Misalnya, mengatakan fakta bahwa bayi yang baru lahir jelek mungkin benar, tetapi Anda tidak perlu mengatakannya kepada orang tua si bayi yang pasti bangga atas kelahiran bayinya! Wisdom (kearifan) adalah bagian terbaik dari keberanian.
C. Apakah itu baik (KIND)?
Menunjukkan kebaikan tidak memerlukan biaya, bahkan dapat membangun hubungan baik. Kebaikan bukan berarti menyembunyikan segala sesuatunya atau tidak menuntut orang lain melakukan pekerjaan dengan baik. Justru sebaliknya: meminta pertanggungjawaban orang lain dan menjaga standar yang lebih tinggi juga merupakan bentuk kebaikan. Membiarkan pekerjaan dilakukan dengan buruk justru menunjukkan sikap tidak baik terhadap orang-orang yang kita pimpin.
Dengarkan sampai orang lain merasa dimengerti. Tujuan mendengarkan bukanlah agar pemimpin memahami tetapi agar orang lain merasa dipahami, yang mungkin memerlukan perhatian lebih. Para pemimpin hendaknya menanyakan pendapat orang lain tentang cara memecahkan masalah dan mendengarkan saran mereka. Sebuah studi Gallup baru-baru ini menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki manajer yang mau mendengarkan masalah terkait pekerjaan memiliki kemungkinan 62 persen lebih kecil untuk mengalami burn out.
Lebih bersikap positif daripada negatif. Pemimpin yang secara sadar lebih banyak menegaskan dibandingkan mengkritik akan mempunyai hubungan yang positif dengan orang yang dipimpinnya.
Berikan pujian. Berikut adalah kiat dalam mengungkapkan pujian dalam interaksi pemimpin dengan orang yang dipimpinnya.
A. Lakukan sekarang. Semakin dekat pujian disampaikan dengan perilaku pada waktunya, semakin besar kemungkinan perilaku tersebut terulang kembali. Artinya, interaksi positif para pemimpin tidak hanya ditemukan dalam tinjauan tahunan, penetapan tujuan bulanan, atau pertemuan mingguan, namun lebih sering terjadi dalam percakapan setiap jam dan harian.
B. Sering-seringlah melakukannya. Banyak pemimpin percaya bahwa terlalu banyak pujian dapat menyebabkan orang menjadi besar kepala dan kepercayaan diri yang salah serta dapat kehilangan makna dan nilainya. Salah! Tidak banyak orang yang pulang ke rumah pada penghujung hari dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat menyelesaikan apa pun karena mereka menerima terlalu banyak pujian dan pengakuan! Penelitian demi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang merasa diremehkan di tempat kerja.
C. Spesifik. Pujian umum tidak berdampak. Pujian kehilangan maknanya ketika terlalu umum. Sampaikan secara spesifik perilaku apa yang dilakukan dan apa hasil yang didapat.
D. Tulus. Orang-orang akan tahu jika pujian yang disampaikan itu hampa. Kemunafikan kepemimpinan terlihat ketika pemimpin mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukan atau tidak bersungguh-sungguh. Ketulusan muncul melalui tindakan yang berbicara lebih keras daripada kata-kata.
e. Sederhana. Terakhir, pujian tidak harus selalu diberikan secara gegap gempita yang diiringi upacara dengan karpet merah dan musik meriah. Komentar dan dorongan sederhana akan sangat bermanfaat. Teks positif atau catatan tulisan tangan, meskipun mungkin dianggap kuno, dampaknya bisa sangat luar biasa.
Seni memimpin dengan menginspirasi orang lain kini menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Caranya sangat sederhana, yaitu berfokus pada orang lain sehingga meninggalkan interaksi dengan perasaan lebih baik tentang diri mereka sendiri Dengan begitu, para pemimpin meningkatkan dampak kepemimpinannya.




Thanks for the tip. Very inspiring. Simple and applicable.