top of page

#LEADERSHIP: Building a Business Case for Leadership: Defining the WHY

Updated: Nov 3, 2024

Dave Ulrich, Speaker, Author, Professor, Thought Partner on Human Capability, menulis tentang hal ini yang dipublikasikan di Linkedin pada tanggal 27 Maret 2024.


Dave menceritakan bahwa ketika menyelenggarakan program publik mengenai human capability (talent, leadership, organization, or HR), ia sering bertanya berapa banyak peserta yang terlibat dalam diskusi mendalam tentang bagaimana topik yang disajikan akan membantu mereka dan organisasi mereka menciptakan nilai lebih bagi seluruh pemangku kepentingan. Biasanya, kurang dari 20 persen menyatakan pernah melakukan percakapan seperti itu.


Untuk program in-house dengan topik serupa, ia sering mengundang eksekutif bisnis (top management) untuk menyambut peserta. Para eksekutif biasanya memulai dengan mengucapkan selamat kepada peserta karena telah diundang ke program dan mendorong mereka untuk aktif belajar. Namun, mereka jarang membahas secara eksplisit mengapa konten dalam program ini akan meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan.


Mengetahui alasan (the WHY)—atau memulai dengan mengetahui nilai apa yang ingin dicapai dari investasi—sama pentingnya dengan berfokus pada bagaimana (the HOW) sebuah program pengembangan kepemimpinan. Agar investasi program kepemimpinan lebih bernilai tambah, ikuti proses enam langkah yang disebut “leadership brand" (merek kepemimpinan (gambar 1).

ree

Penelitian menunjukkan bahwa langkah pertama, membangun kasus bisnis (business case) untuk kepemimpinan, memberikan nilai terbaik bagi karyawan, strategi bisnis, pelanggan, investor, dan komunitas (gambar 2). Investasi dalam pengembangan kepemimpinan sering kali tidak memberikan hasil yang nyata dan memuaskan, dan bahwa tidak adanya kasus bisnis yang jelas, yang merupakan langkah pertama dari keberhasilan merek kepemimpinan, adalah alasan utama mengapa hal ini terjadi.


Membangun kasus bisnis untuk pengembangan kepemimpinan berpusat pada “mengapa.” Umumnya, ketika orang memahami dan menerima “mengapa”, mereka akan lebih aktif terlibat dalam “apa” dan “bagaimana”.


ree

Berikut ini adalah enam langkah spesifik untuk menciptakan alasan bisnis untuk menjadi pemimpin individu yang lebih baik dan membangun kemampuan kepemimpinan di perusahaan (gambar 3).


ree

Langkah-langkah ini telah digunakan untuk membantu para eksekutif senior meningkatkan investasi kepemimpinan mereka, sering kali melalui pengalaman satu hingga dua hari (yang disebut sprint) yang dirancang untuk menekankan nilai investasi tersebut. Enam langkah ini juga diterapkan untuk membantu para pemimpin mengenali kebutuhan pengembangan pribadi mereka, sehingga membangun alasan bisnis untuk kepemimpinan (“mengapa”).


1. Konteks

Untuk memahami konteks, dorong para eksekutif atau pemimpin untuk memeriksa tiga sumber data utama: konteks bisnis dan peluang untuk meningkatkan hasil, kemampuan tim, serta kekuatan dan peluang kepemimpinan pribadi. Informasi ini, bersama dengan konteks organisasi dan pasar, digunakan untuk menjawab pertanyaan kasus bisnis: Hasil manakah yang dapat/perlu ditingkatkan, dan keterampilan kepemimpinan manakah yang harus diubah untuk mencapai perbaikan ini? Melihat dampak signifikan dari pencapaian para pemimpin fungsi terhadap hasil bisnis dan organisasi merupakan hal yang mencerahkan bagi semua orang. Hal ini mengubah percakapan pada sesi “saya versus kamu” menjadi percakapan kolaboratif dengan tujuan saling mendukung pencapaian tujuan ke depan.


2. Eksplorasi dan Prioritas

Selanjutnya, para eksekutif atau pemimpin diminta untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan tindakan paling penting untuk meningkatkan kasus bisnis mereka. Mereka didorong untuk fokus pada potensi dampak dan kelayakan implementasi untuk membantu mereka berkonsentrasi pada tindakan yang paling efektif. Dari prioritas tersebut, para eksekutif atau pemimpin menerapkan ide-ide tersebut ke langkah berikutnya. Dari banyak pengalaman kami, beberapa ide utama dapat langsung terlihat, sementara ide lainnya memerlukan waktu dan diskusi sebelum menjadi jelas. Ide-ide yang lebih sulit diidentifikasi biasanya bernilai tinggi dan dibagikan oleh banyak peserta. Percakapan ini mungkin tidak akan pernah terjadi tanpa analisis mendalam yang diperlukan dalam penerapan kasus bisnis.


3. Koneksi

Kompetensi kepemimpinan yang lebih baik akan menghasilkan hasil yang lebih baik; Namun, hal ini hanya berlaku jika kompetensi tersebut selaras dengan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, langkah ketiga dalam membangun kasus bisnis melibatkan menghubungkan kompetensi kepemimpinan dengan hasil yang diinginkan, menentukan kompetensi mana yang diperlukan untuk setiap hasil yang diinginkan. Dalam tahap ini, para pemimpin menemukan manfaat dari melibatkan tim mereka untuk membangun kasus mereka karena hal ini membantu mereka memfokuskan upaya implementasi dan memahami kebutuhan tim mereka.


4. Metrik dan Hasil

Pepatah yang mengatakan, “Anda tidak dapat meningkatkan apa yang tidak Anda ukur,” berlaku di sini. Kasus bisnis yang sukses mengukur bagaimana peningkatan kepemimpinan mempengaruhi hasil yang ditargetkan, dengan mempertimbangkan waktu dan jumlah pemimpin yang terkena dampak. Ketika tindakan dilacak dengan benar, para pemimpin dapat membuat kemajuan nyata. Meskipun ada keraguan pada awalnya, para peserta mengidentifikasi metrik yang mengkonfirmasi kasus bisnis investasi dalam pembangunan. Sekitar 60 persen metrik kemampuan manusia berdampak pada hasil keuangan, sementara metrik lainnya berdampak pada hasil pelanggan, karyawan, dan reputasi.


5. Validasi dan Komitmen

Ketika para eksekutif dan pemimpin mempunyai visi yang jelas mengenai kasus bisnis mereka, mereka kemudian harus membangun dukungan yang diperlukan untuk inisiatif mereka. Langkah ini melibatkan validasi investasi kepemimpinan dengan pemangku kepentingan dan menyempurnakan kasus bisnis berdasarkan umpan balik untuk memastikan penerimaan luas. Validasi dan komitmen yang berhasil terhadap kasus bisnis kepemimpinan memastikan realisasi investasi yang dijanjikan. Pengalaman kami menunjukkan bahwa pelibatan pemimpin dan kolega mereka menciptakan proses saling belajar satu sama lain dan komitmen berkolaborasi yang memupuk energi untuk belajar dan pencapaian.


6. Implementasi dan Pembelajaran

Para eksekutif dan pemimpin ditugaskan untuk membuat rencana tindakan yang jelas untuk kasus bisnis mereka, termasuk tindak lanjut, akuntabilitas, dan kegiatan pembelajaran berkelanjutan. Proses ini memerlukan pengukuran spesifik atas kompetensi utama dan kemampuan tim, menganalisis bagaimana korelasinya dengan hasil. Penggunaan data dan analitik yang efektif sangat penting agar pembelajaran dapat dimanfaatkan dan mempersiapkan peserta untuk sprint berikutnya.


Kesimpulan

Ketika Anda atau perusahaan Anda mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam pengembangan kepemimpinan, mulailah dengan menjawab pertanyaan “mengapa”:

• Mengapa kepemimpinan penting bagi kesuksesan perusahaan kita?

• Mengapa saya harus meningkatkan keterampilan kepemimpinan pribadi saya?


Menjawab dua pertanyaan ini akan memastikan bahwa komitmen untuk meningkatkan kepemimpinan didasarkan pada alasan bisnis yang jelas dan bahwa individu yang mengikuti program pengembangan kepemimpinan mengetahui alasan mereka mengikuti kursus tersebut, apa yang harus mereka pelajari, dan bagaimana mereka dapat meningkatkan diri.


Jadi mengapa Anda (sebagai individu atau perusahaan) harus berinvestasi lebih banyak dalam kepemimpinan?


Dave Ulrich is the Rensis Likert Professor at the Ross School of Business, University of Michigan, and a partner at The RBL Group, a consulting firm focused on helping organizations and leaders deliver value.

 
 
 

Recent Posts

See All
Analisis KMK RI No. 149 Tahun 2020

Ketika mengajar di program CHRP Batch C14 (93) pagi tadi mengenai Managing Learning & Development, saya merujuk pada Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 149 Tahun 2020 Mengenai Standar Kompetensi

 
 
 

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
bottom of page